Minggu, 22 Juni 2014

Patkor Malindo 124/14 Resmi Ditutup

                                                            KRI Siribua & KRI Alamang [Foto : Malaysia flying herald

Pen Lantamal I Patroli Terkoordinasi (Patkor) antara Angkatan Laut Malaysia-Indonesia (Patkor Malindo) 124/14 yang dilaksanakan diperairan perbatasan Selat Malaka resmi ditutup. Penutupan patroli terkoordinasi dengan melibatkan 4 unsur kapal perang kedua negara itu ditutup di Mako Lantamal I Belawan, Selasa (17/6).

Danlantamal I Belawan, Laksamana Pertama TNI Pulung Prambudi melalui Kepala Dinas Penerangan (Kadispen), Kapten Laut (P) Umar dalam keterangan persnya mengatakan, patroli terkoordinasi tersebut secara resmi ditutup oleh Komandan Satuan Tugas (Dansatgas) Patkor Malindo 124/14, Mayor Laut (P) Dwi Afandi SE, dengan dihadiri delegasi Tentara Laut Diraja Malaysia, KDR Muhamad Herman Bin Mat Isa.

“Patkor Malindo 124/14 yang sebelumnya dibuka di Langkawi, Malaysia itu melibatkan kapal perang dari TNI AL antara lain KRI Alamang-644 dan KRI Siribua-859. Sedangkan dari unsur Tentara Laut Diraja Malaysia (TDLM) melibatkan kapal KD Handalan serta KD Ganyang,” katanya.

Patroli tersebut sambungnya, selain bertujuan untuk mempererat hubungan dan meningkatkan profesionalisme Angkatan Laut antara kedua negara, juga bertujuan untuk mengamankan perairan Selat Malaka dari berbagai ancaman dan gangguan keamanan di laut antara lain, illegal fishing, illegal logging, perompakan, penyelundupan dan lain-lain.

“Diharapkan patroli ini memberikan dampak situasi yang kondusif bagi masyarakat internasional pengguna jalur laut perairan Selat Malaka dan meningkatkan citra yang baik khususnya keamanan jalur laut Internasional di mata masyarakat dunia,” ujar Kadispen Lantamal I.

Hadir dalam acara tersebut LO TNI Angkatan Laut, Mayor Laut (P) Ibni Jauhari, Komandan KRI Alamang-644, Mayor Laut (P) Bambang Budi Raharjo, Komandan KRI Siribua-859, Kapten Laut (P) Rahmad Arief dan pejabat teras Lantamal I Belawan. Sedangkan dari TDLM tampak hadir LT KDR Mohd Rukiman Bin Abdul Manaf, LT KDR Mohd Amin Bin Hj MD Abdul Wahab dan LT KDR Suhaimi Bin Jumahad.

semua foto dari Malaysia Flying Herald

Industri Propelan Dibangun di Subang dengan Investasi Rp 20 Triliun

Bordeaux ● PT Dahana menggandeng anak perusahaan Artha Graha, Indo Pacific Communication and Defence untuk membuat perusahaan patungan bagi industri propelan dengan dua perusahaan Prancis Roxel dan Eurinco. Perusahaan munisi yang akan dibangun di Subang itu akan menelan investasi US$ 1,8 miliar atau sekitar Rp 20 triliun. Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin meminta agar pembangunan industri propelan di Subang bisa direalisasikan sebelum bulan Oktober.

Saat mengunjungi Industri Propelan Roxel di Bordeaux, Prancis, Jumat (20/6/2014), Sjafrie mengatakan perjanjian kerja sama pertahanan antara Pemerintah Indonesia dan Prancis harus direalisasikan ke dalam kegiatan nyata. Ia mengapresiasi langkah yang ditempuh PT Dahana dan Roxel untuk membuat perusahaan patungan.

"Saya sangat mengharapkan rencana pendirian perusahaan patungan antara Dahana dan Roxel di Subang bisa segera berjalan. Saya akan membantu agar produk industri propelan nanti tidak hanya dipakai oleh TNI, tetapi juga oleh negara-negara ASEAN," kata Sjafrie.

Presiden Direktur Roxel, Jacques Desclaux mengaku kaget atas semangat yang diperlihatkan Wamenhan. Ia akan berusaha dengan PT Dahana untuk bisa segera melaksanakan rencana pembangunan industri propelan di Subang.

 Investasi Rp 20 triliun 

Direktur Utama PT Dahana F. Harry Sampurno melihat pembangunan industri propelan merupakan sesuatu yang harus dilakukan Indonesia. Masalahnya, sekarang ini hampir semua kebutuhan amunisi bagi TNI dipenuhi dari impor.

"Pengadaan amunisi melalui impor sangatlah riskan. Pertama, pasokan kebutuhannya tergantung kepada pasokan pihak produsen. Kedua, jumlah impor amunisi mudah diketahui negara lain dan itu berkaitan dengan kemampuan pertahanan negara kita," kata Harry.

Atas dasar itu PT Dahana mendukung langkah Kementerian Pertahanan untuk membangun industri propelan di dalam negeri. Kehadiran industri propelan akan memperkuat kemampuan pertahanan Indonesia.

Menurut Harry, PT Dahana sudah menyiapkan lahan bagi pembangunan industri propelan di Subang. Di sanalah diharapkan bisa dibangun industri propelan yang bukan hanya memasok kebutuhan TNI, tetapi juga untuk keperluan ekspor.

Harry merasa bersyukur bisa bekerja sama dengan Roxel dan juga Eurinco. Sebab, Roxel sudah mengembangkan munisi dan industri propelan sejak tahun 1660. Investasi yang diperlukan untuk membangun industri propelan, menurut Harry, diperkirakan mencapai US$ 1,8 miliar atau sekitar Rp 20 triliun. Indonesia akan memiliki 51 persen saham, sementara Roxel dan Eurinco sebanyak 49 persen.

Anggota Komite Kebijakan Industri Pertahanan Muhammad Said Didu mengatakan kerja sama yang dilakukan PT Dahana dan Roxel serta Eurinco sangat baik bagi Indonesia. Dengan model membentuk perusahaan patungan, maka Indonesia akan terlibat langsung dalam proses produksi, sehingga alih teknologi bisa terjadi.

"Pihak Roxel akan menyerahkan seluruh kepemilikan saham kepada Indonesia apabila putra-putra Indonesia bisa mengerjakannya sendiri. Divestasi itu diperkirakan akan terjadi setelah enam tahun perusahaan berjalan," kata Said Didu.

Untuk memenuhi kebutuhan investasi, PT Dahana menggandeng anak perusahaan Kelompok Artha Graha untuk bergabung. Apabila groundbreaking bisa dilaksanakan bulan Oktober, pembangunan industri propelan diharapkan bisa selesai dalam waktu 40 bulan.

Produk munisi yang dihasilkan akan mampu memenuhi kebutuhan peluru yang diperlukan TNI dan juga peluru kendali. Bahkan peluru kendali yang diproduksi bisa berbentuk peluru kendali dari darat ke darat, dari darat ke udara, dan dari udara ke udara.

*DETIK*

Selama Sebulan, Koarmabar Periksa 109 Kapal

Unsur-unsur KRI yang berada di bawah jajaran Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar) yang melaksanakan operasi pengejaran, penangkapan dan penyelidikan selama bulan Mei 2014, telah berhasil menangkap dan memeriksa 109 kapal dari berbagai jenis.

Operasi yang dilaksanakan di wilayah perairan bagian barat Indonesia itu dilaksanakan secara berkesinambungan dan melibatkan 23 unsur KRI dari Satuan Kapal Eskorta (Satkor) Koarmabar, Satuan Kapal Cepat (Satkat) Koarmabar, Satuan Kapal Paroli (Satrol) Koarmabar dan Satuan Kapal Amfibi (Satfib) Koarmabar.

Kegiatan operasi tersebut selalu dilaksanakan secara terus-menerus sepanjang tahun dan berkesinambungan dalam rangka mencegah secara dini dan meminimalisir tindak pelanggaran yang terjadi di laut. Selain itu juga guna menjaga keamanan perairan untuk memberikan rasa aman bagi para pengguna laut.

Dari 109 kapal yang diperiksa, 2 kapal diberkas untuk proses lebih lanjut. Sementara itu khusus bagi KRI Alamang-644 yang dikomandani Mayor Laut (P) Bambang mendapatkan apresiasi positif dari Pangarmabar Laksamana Muda (Laksda) TNI I.N.G.N Ary Atmaja, S.E., karena berhasil memeriksa 13 kapal dari berbagai jenis selama kurun waktu satu bulan.

KRI Alamang-644 merupakan kapal perang jenis kapal cepat rudal (KCR) 40 hasil karya anak bangsa yang diproduksi galangan kapal di Batam Kepulauan Riau. Kapal perang ini dilengkapi dengan sistem persenjataan modern berupa Sensor Weapon Control (Sewaco), meriam kaliber 30 MM 6 laras sebagai Close in Weapon System (CIWS) dan peluru kendali serta mampu berlayar dengan kecepatan 30 knot.


(dispenarmabar/sir)
Teks Gbr- KRI Alamang-644 salah satu unsur Koarmabar sedang melaksanakan operasi keamanan laut di Natuna.

*POSKOTA*

Perwira

TENTARA Nasional Indonesia terutama Angkatan Darat (TNI AD) sepertinya memang selalu ingin ber­politik. Meskipun di masa reformasi ini tentara dila­rang berpolitik, tapi purnawirannya banyak yang ter­jun ke partai politik. Tentu tidak salah, karena mer­eka pensiun sehingga bebas untuk berpolitik. Teta­pi yang kurang elok adalah ketika para pensiunan jenderal itu ada yang kemudian saling menghujat sesama pensiunan perwira tinggi karena mereka mendukung capres yang berbeda. Adalah Prabowo Subianto, Capres Nomer1 yang dijadikan bulan-bu­lanan hujatan para seniornya. Ada yang menyatakan bahwa Prabowo ti­dak pantas menjadi presiden karena pernah dipecat dari dinas ketentara­an pada awal reformasi dulu akibat melanggar disiplin.

Ternyata, menu­rut mantan perwira lainnya, Prabowo tidak dipecat melainkan diberhentikan dengan hormat dengan hak pensiun. Dengan demikian, Prabowo boleh ikut pemilu dan mencalonkan diri sebagai capres. Jadi kenapa diri­butkan? Ada juga mantan perwira tinggi yang menyatakan Prabowo ber­bahaya jika menjadi Presiden. Malahan dikatakannya bahwa Prabowo itu mengidap psikopat alias gila.

Mengkritisi capres yang bukan idola kita tentu saja sangat boleh. Tapi menghujat secara berlebihan, sungguh sangat tidak pantas apalagi sam­pai menyebutnya gila. Ini karena Prabowo sudah menjalani tes kesehat­an sebelum resmi menjadi Capres dan dinyatakan lulus. Atas dasar itu maka KPU meloloskan pencalonan Prabowo. Kalau Prabowo tidak sehat baik fisik apalagi jiwanya, tentulah dia tidak akan dinyatakan lulus oleh para dokter yang menguji kesehatan para capres dan cawapres. Lagipula hujatan itu berlawanan dengan logika. Bagaimana mungkin seorang yang gila, setelah di tes oleh ahli psikologi tentara, kemudian diberi pangkat bintang tiga (Letnan Jenderal)? Kalau cara berpikir para Jenderal itu dibenarkan berarti institusi TNI tidak baik karena mengangkat orang gila menjadi jenderal.

TNI-AD itu pernah menguasai politik Indonesia selama 32 tahun kekua­saan Pak Harto. Suka atau tidak suka, pengaruh politiknya masih ada dikalangan masyarakat. Dengan demikian prilaku dan ucapan para praju­rit, perwira dan para purnawirawannya masih dipedomani oleh masyara­kat. Karena itu hujatan terhadap Prabowo itu sungguh merusak wibawa dan citra TNI-AD. Dalam kehidupan ini, irihati atau ketidaksukaan terhadap prestasi orang lain merupakan hal biasa. Masalahnya adalah bagaimana menyuarakan ketidaksukaan itu dengan cara yang lebih santun dan be­retika. Cara yang lebih santun dan beretika itu, antara lain, adalah dengan ikut dalam kompetisi untuk bersaing dengan orang yang tidak kita sukai itu. Konkritnya, jika kita tidak menyukai orang lain menjadi presiden, seha­rusnya kita juga ikut menjadi capres atau cawapres, bukan dengan berdiri di belakang sambil mencaci maki.

Untunglah sebagian besar pensiunan TNI merasa sangat tidak enak me­lihat hujat menghujat tersebut. Sebagian dari mereka kemudian melaku­kan demo di depan kantor Pepabri menuntut agar hujat menghujat itu dihentikan. Hampir bersamaan Persatuan Purnawirawan AD (PPAD) juga mengeluarkan edaran menyesalkan peristiwa tersebut dan meminta ang­gota-anggotanya agar menjaga prilaku dan ucapan mereka. Untung juga Prabowo bersikap legowo dengan tidak membalas cacian seniornya terse­but sehingga tidak makin ribut.

Sebagai warga sipil, kita menyesalkan timbulnya konflik antara para mantan perwira tinggi tersebut. Ambisi dan irihati memang sering mem­bikin hati kita tertutup. Karena itu sebaiknya semua pihak segera menghentikan cara-cara berkampanye yang sangat tidak etis tersebut dan memu­lai persaingan secara sehat. Demokrasi di negara kita memang baru seu­mur jagung. Kita butuh waktu untuk mempersiapkan para tokoh dan war­ga Indonesia agar mampu bersaing secara sehat dan menjunjung etika. Seharusnya para tokoh baik sipil maupun mantan militer bisa memberi con­toh bagaimana bersaing secara sportif. Jadi, apabila memang merasa tidak mampu bersaing, akan lebih baik jika kita berdiam diri saja.

(AmirSantoso), Sumber Koran: Pelita (18 Juni 2014/Rabu, Hal. 04) 
 TNI-AD 

[America] CISEN Meksiko, Musuh Kartel Narkoba

Hampir 963 bentrokan antara aparat dengan geng terjadi dalam sehari

 CISEN, Badan Intelijen meksiko.(Ist)    Meksiko pernah menyatakan perang terhadap kartel narkoba. Pernyataan perang terhadap obat-obatan terlarang itu dicanangkan oleh Presiden Meksiko, Felipe Calderon, pada 2006 silam yang telah memakan korban kurang lebih 28 ribu orang.

Sebuah angka yang menakjubkan jika dibandingkan dengan angka estimasi yang hanya berkisar pada 24 ribu orang tewas. Perang ini ditujukan untuk membangun kondisi perdamaian dan memulihkan kontrol daerah yang dipengaruhi oleh kejahatan terorganisir.

Sebagaimana diketahui dunia, di Meksiko sering terjadi bentrokan antara aparat keamanan dengan geng obat-obatan terlarang atau narkoba. Itu bisa terjadi tiap hari. Bahkan sejak Calderon menjabat, rata-rata hampir 963 bentrokan antara aparat dengan geng terjadi dalam sehari.

Dan yang menjadi korban tewas biasanya dari pihak geng. Dalam penangkapan, polisi biasanya tidak hanya mengamankan obat-obatan, melainkan juga menyita aneka ragam senjata. Untuk itu, upaya mengurangi kapasitas operasional geng-geng criminal selalu dijalankan dan akan terus ditempuh.

Pemerintah, dalam hal ini diharuskan berbuat lebih banyak. Selain itu, sudah menjadi tugas pemerintah mengatasi pencucian uang dan memperkuat lembaga-lembaga publik yang terlalu lemah untuk menjamin keamanan dan keadilan.

Pemerintah Meksiko juga memiliki tantangan yang juga tidak kalah beratnya yaitu keterlibatan aparat dengan genggeng narkoba.

Dalam hal ini, sudah menjadi rahasia umum bahwa banyak pasukan polisi baik negara maupun local yang berada di bawah kendali geng narkoba.

Namun, situasi dan kondisi seperti itu tidak hanya menjadi tantangan pemerintah secara umum, namun bagi CISEN (Centro de InvestigaciĆ³n y Seguridad Nacional-Center for Investigation and National Security), yaitu, badan intelijen Meksiko yang berdiri sejak 1989 setelah dinas rahasia sebelumnya tidak beroperasi lagi.


Sebelum CISEN dikenal sebagai dinas intelijen, Meksiko memiliki badan keamanan yang dikenal dengan The Federal Directorate of Security (FDS).

FDS, badan keamanan utama yang berada di bawah koordinasi Departemen Dalam Negeri ini aktif sejak 1940 hingga akhirnya dibubarkan pada 1985.

Badan ini ditugaskan untuk menjaga stabilitas internal terhadap aksi-aksi subversi dan ancaman teroris. FDS juga bertanggung jawab menyelidiki masalah keamanan nasional dan melakukan tugas-tugas khusus lainnya menurut arahan presiden.

Di negara ini, FDS bertindak sebagaimana dinas federal anti obat bius Amerika Serikat, DEA (Drugs Enforcement Agency). Dalam operasinya, FDS memiliki perbedaan dengan dinas lainnya. Semua agennya tidak berpakaian seragam, melainkan berpakaian layaknya preman
Keterlibatan agen-agen FDS dalam perederan narkoba
Perang Narkoba – Setiap penangkapan mafia narkotika, selain obatan-obatan, aparat mengamankan bermacam senjata.(Ist) FDS juga pada dasarnya tidak memiliki kekuatan hukum atau wewenang dalam penangkapan dan mengumpulkan bukti. Tapi dalam kenyataan di lapangan, FDS sering terlibat dalam aksi-aksi kekerasan dan penindasan terhadap warga.

Pada tahun-tahun terakhir keberadaannya, FDS memiliki anggota sekitar 2.000 personil. Dari jumlah itu, tidak sedikit yang terlibat dalam peredaran narkoba.

Disinyalir, keterlibatan agen-agen FDS dalam perederan narkoba menjadi factor dibubarkannya badan ini yang kemudian dibentuk badan baru, yaitu CISEN.

CISEN positif berdiri pada tahun 1989. Secara formal, badan intelijen utama ini memiliki fungsi mengartikulasikan prinsip-prinsip intelijen seperti halnya dengan CIA atau KGB Soviet.

Meskipun fungsi utamanya adalah untuk spionase dan analisis informasi strategis, tapi, CISEN di masa lalu itu memiliki peran untuk menekan kelompok-kelompok oposisi.

Sama seperti pendahulunya, dinas ini merupakan lembaga sipil yang berada di bawah kendali Departemen Dalam Negeri. Misinya untuk menghasilkan atau mendapatkan informasi intelijen guna terciptanya keamanan negara.

Meskipun secara resmi di bawah koordinasi Departemen Dalam Negeri, tapi operasi CISEN berada di bawah kontrol langsung presiden. Begitu pula, meskipun tugasnya terkait dengan pengumpulan informasi intelijen, tugas CISEN juga telah diperluas mencakup kegiatan jajak pendapat, analisis politik dan sosial dalam negeri.

Keberadaan CISEN merupakan wujud dari penyegaran di bidang penanganan keamanan nasional. Tindakan-tindakan brutal dan pelanggaran-pelanggaran HAM yang dilakukan secara sistematis oleh FDS selalu menjadi memori tersendiri para korban dan masyarakat luas.

Sebuah kelompok pembela HAM mencatat bahwa telah terjadi praktek-praktek penyiksaan, penangkapan, penahanan secara sewenang-wenang, dan kekejaman lainnya yang dilakukan FDS terhadap pribadi atau kelompok masyarakat.

Namun, pada 1990-an, tindak kekerasan tersebut mulai menurun sejalan dengan kebijakan pemerintah yang berupaya keras mengusut para pelaku, terutama agen-agen atau personil-personil badan keamanan Meksiko.

Upaya konkrit yang dilakukan pemerintah untuk menindak para pelaku kekejaman itu terwujud dalam pembentukan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (ComisiĆ³n Nacional de Derechos Humanos–CNDH) pada 1990. Dua tahun kemudian, CDNH diberi wewenang penuh secara konstitusional untuk mengungkap pelanggaran-pelanggaran HAM.

Dua tahun kemudian, komisi ini sudah berdiri di berbagai daerah di seluruh Meksiko. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, sebanyak 82 orang ditangkap. 20 di antaranya dipenjara yang rata-rata tidak kurang dari lima tahun lamanya.

Menurut Amnesty International, pelanggaran-pelanggaran HAM yang dilakukan personil-personil FDS berupa pemukulan, setrum listrik, disudut rokok dan penyiksaan-peyiksaan secara psikologis.

Kebanyakan para korban adalah tersangka kriminal, pemimpin adat, aktivis-aktivis yang terlibat dalam demonstrasi atau aksi-aksi lainnya. Saat ini CISEN masih terus mengembangkan operasinya untuk memenuhi kewajibannya turut menciptakan keamanan nasional.

Salah satu pekerjaan rumahnya adalah perang terhadap kartel narkoba yang dicanangkan sejak 2006 silam. Kepala CISEN, Guillermo Valdes melihat adanya kemajuan dalam menangani peredaran narkoba di Meksiko. Sedikit demi sedikit kekuasaan kartel narkotika di Meksiko semakin teratasi.

Salah satu bukti keberhasilan pemerintah Meksiko dalam menangani kartel obat-obatan ini adalah ketika pada akhir Maret 2010 polisi berhasil meringkus Jose Antonio Media alias Don Pepe, gembong narkoba kelas kakap.

Raja heroin ini dikabarkan sebagai otak pengiriman 200 kilogram heroin perbulan dari Meksiko ke Amerika Serikat. Ia juga dituding bertanggungjawab atas pengelolaan heroin dalam skala besar yang diselundupkan ke California, Amerika Serikat. Karenanya, ia dikategorikan sebagai pemasok utama bagi kartel narkoba La Familia.

Tertangkapnya Don Pepe ini merupakan satu dari kompleksnya kasus serupa yang melanda negara ini. Perang terhadap kartel narkoba adalah pekerjaan rumah pemerintah dan juga masyarakat Meksiko.

Masih terkait dengan ganasnya kartel narkoba, baru-baru ini Calderon mencium gelagat gerakan mereka. Dari sekadar mencari uang, aktivitas mereka terindikasi ingin mengganti struktur pemerintahan dan memberlakukan hukum mereka sendiri.

Hal ini ditegaskan Calderon baru-baru ini pada penutupan konferensi anti kejahatan di Mexico City, 4 Agustus 2010. Presiden memperingatkan semua pihak bahwa gerakan para kartel narkoba sudah melampaui motif dasar. Oleh karena itu, perang terhadap mereka harus terus ditingkatkan.
*INTELIJEN

[ASEAN] CARAT-Wira Elang dan Cope Taufan 2014 Tetangga Jiran

Tanggal 9 Juni 2014 yang lalu sampai dengan 20 Juni 2014, pesawat tempur dan helikopter Angkatan Udara Amerika Serikat (USAF) dan Royal Malaysia Air Force (RMAF) alias TUDM, melakukan latihan tempur bersama dengan sandi Cope Typhoon 2014 yang kalau di melayukan menjadi Cope Taufan. Latihan bilateral ini menandai beberapa tonggak kemajuan hubungan pertahanan antara Malaysia dan USA.

 
Armada yang terlibat :

 TUDM 

6 dan 15 SKN – BAE Systems Hawks 208
11 SKN – Sukhoi Su-30MKM
17 SKN – Mikoyan MiG-29
18 SKN-Boeing F/A-18D Hornets

 USAF 

131 Fighter Squadron, 104th Fighter Wing, Barnes Air National Guard Base, Massachusetts (F-15C)
199 Fighter Squadron, 154 Wing, Pangkalan Bersama Pearl Harbor-Hickam, Hawaii (F-22A)
19th Fighter Squadron, 154 Wing, Pangkalan Bersama Pearl Harbor-Hickam, Hawaii (F-22A)
36th Airlift Squadron, 374 Airlift Wing, Yokota Air Base, Jepang (C-130)
517 Airlift Squadron, 3rd Wing, Pangkalan Bersama Elmendorf-Richardson, Alaska (C-17)
535 Airlift Squadron, 15 Wing, Pangkalan Bersama Pearl Harbor-Hickam, Hawaii (C-17)
204 Airlift Squadron, Wing 154, Pangkalan Bersama Pearl Harbor-Hickam, Hawaii (C-17)

Latihan Cape Taufan 2014 melibatkan 3 pangkalan udara TUDM yaitu : Butterworth, Kuantan dan Subang dekat ibukota Malaysia Kuala Lumpur. Di Pangkalan udara ini akan dilakukan latihan direktorat dan fleksibilitas dalam menggunakan aset udara sebagai misi yang dapat digunakan untuk berbagai kepantingan di Laut Andaman di sebelah barat atau ke timur di Laut China Selatan.

Sebuah pernyataan dari Pacific Air Forces AS mengatakan: “Cope Taufan merupakan kesempatan yang baik untuk meningkatkan kesiapan gabungan dan kerjasama antara USA dan Malaysia, Latihan ini dititik beratkan pada superioritas udara, dukungan udara dekat, airlift dan dukungan udara taktis, serta peran SAR tempur. Latihan perang ini bisa dibilang adalah pertukaran teknik dan prosedur untuk meningkatkan kerjasama antara USA dan Malaysia”
 Dari latihan ini dapat disimpulkan sebagai berikut :

Pertama, enam F-22As Raptor yang berdatangan sejak tanggal 6 Juni 2014, membuat RMAF adalah angkatan udara pertama di ASEAN yang mendapat kesempatan menjajal kemampuan Raptor ini dalam manuver-manuver latihan. Nilai belajar untuk RMAF yang didapat adalah keinginan untuk memaksimalkan kemampuan pilot-pilot mereka saat mendapatkan “sparing partner” pilot-pilot asli dari F-22 Raptor dan F-15 Eagle. Soalnya jarang-jarang pilot-pilot mereka mendapatkan kesempatan langsung seperti ini, latihan langsung dengan F-22As Raptor di wilayah udara mereka sendiri.

Sementara dari sudut pandang USA, pilot-pilot mereka mungkin akan menikmati kesempatan untuk terbang bertempur melawan pesawat tempur MiG-29 dan Su-30 yang nota bene buatan Rusia, yang bisa dibilang adalah musuh sejati mereka, alias pesawat-pesawat ini lah yang diprediksi akan sering dihadapi oleh petempur mereka.

Kedua, Cope Taufan akan melihat militer Amerika Serikat mengerahkan Joint Deployable Electronic Warfare Range (JDEWR) ke Malaysia untuk pertama kalinya. Bantuan Pelatihan ini harus memberikan nilai tambah pada TUDM karena akan memungkinkan fighters-fighters Malaysia untuk memahami dan menghargai bagaimana taktik tempur udara harus dilaksanakan. Hal ini dapat menimbulkan pergeseran pola pikir Malaysia dari pandangan platform sentris perang ke jaringan-enabled yang melibatkan platform yang terintegrasi bekerja sama satu sama lain. Hal itu akan menandai pergeseran paradigma dalam cara dan taktik bertempur mereka.

Ketiga, kuantitas dan kualitas aset udara Amerika yang diboyong ke Malaysia dalam latihan ini merupakan sinyal bahwa USA memang terlibat dalam kestabilan regional. Karena sebelumnya Singapura pun telah melaksanakan latihan serupa dengan sandi Tempa Saber yang dilaksanakan di Amerika sana. Hal ini menunjukkan bahwa USA memiliki alternatif lain kehadiran militernya di Asia Tenggara dan siap untuk bekerja sama dengan negara mitra selain Singapura.

Selain latihan tempur di udara, USA dan Malaysia juga melakukan latihan bersama unsur darat dengan sandi CARAT-Wira Elang (Wira adalah bahasa Melayu untuk Hero). Dimana skenario dalam latihan ini adalah menyerang dari laut, Pasukan gabungan mereka menyerbu pantai di Tanjung Resang, di utara Mersing. Latihan yang dimulai sejak tanggal 31 Mei 2014 ini melibatkan 729 orang prajurit dari kedua pihak
 Armada yang digunakan dalam penyerbuan pantai ini adalah LCAC hovercraft, ATM Vamtacs dan USMC Hummers, yang dilepaskan dari USS Ashland (LSD-48). Sementara kekuatan pendarat Malaysia terdiri dari unsur-unsur 9 RAMD (Para) (Rejimen Askar Melayu Diraja), yang merupakan bagian dari retak 10 Brigad Para (10th Parachute Brigade) dan Pasukan Atur gerak CEPAT atau (Rapid Deployment Force) angakatan darat Malaysia.

Sekedar catatan : Pasukan dari 9 RAMD ini merupakan Batalyon terjun payung (LINUD kalo di TNI) dan juga spesialis pendaratan amfibi
Pada CARAT-Wira Elang kemarin, pasukan Malaysia setelah mendarat melakukan pertahanan udara di pantai pendaratan dengan mengerahkan unit MANPADS dengan tujuan melindungi gelombang berikutnya pasukan pendarat dari serangan oleh pesawat tempur musuh yang terbang rendah atau helikopter yang mencoba menyerang. Kemudian kekuatan gabungan tersebut melanjutkan pertempuran mengalahkan infanteri musuh dan peperangan hutan di Bukit Sisek, Mersing, yang menguasai area tersebut.

Dari latihan ini dapat disimpulkan sebagai berikut :

Bahwa latihan mereka ini bisa jadi merupakan satu pematangan taktik, kerjasama dan keupayaan operasi dalam menghadapi situasi sebenar-benarnya peperangan di hutan dan kawasan pantai.(by Pocong Syereem)
*JKGR*

Jumat, 20 Juni 2014

[America] Sadap Seluruh Dunia, NSA Gunakan 33 Negara

Daftar puluhan negara yang digunakan NSA untuk penyadapan global. Foto: Russia Today/NSA File

Washington ★ Amerika Serikat telah membuat kesepakatan rahasia dengan 33 negara  sebagai pihak ketiga untuk membantu misi NSA dalam menyadap lalu lintas  internet di seluruh dunia. Dari 33 negara itu, ada dua tetangga  Indonesia yang terlibat, yakni Singapura dan Thailand.

Ulah Badan Nasional Keamanan (NSA) itu terungkap berkat bocoran dokumen  dari mantan kontraktor NSA, Edward Joseph Snowden,31. Bocoran itu  pertama kali dilansir media-media Denmark.

“Operasi NSA menyapu sejumlah besar komunikasi dengan kecepatan kilat,”  tulis The Intercept. NSA mengandalkan 33 negara itu, karena kesulitan  menyadap internet dari negara asal atau target.

”Telah banyak dilaporkan bahwa NSA bekerja sama dengan instansi di  Inggris, Kanada, Selandia Baru, dan Australia sebagai bagian dari apa  yang disebut aliansi Spionase Lima Mata,” lanjut media Denmark itu yang  dikutip Russia Today, semalam (19/6/2014).

“Tapi dokumen terbaru Snowden menunjukkan bahwa sejumlah negara lain,  dijelaskan oleh NSA sebagai ‘mitra pihak ketiga’, memainkan peran yang  semakin penting. Dengan diam-diam membiarkan NSA untuk memasang  peralatan pengawasan pada kabel serat optik mereka,” imbuh Dagbladet,  media Denmark lainnya.

Bocoran dokumen yang disediakan oleh Snowden sebelumnya telah  menunjukkan bagaimana AS menyentuh kabel optik di negara-negara  sekutunya, baik atau tanpa kerjasama dengan tuan rumah.

Menurut bocoran terbaru, NSA di tempat-tempat tertentu mampu  mengumpulkan data intelijen yang berkaitan dengan orang-orang asing yang  tidak akan mudah didapat dengan perjanjian yang ada.

NSA menolak untuk mengomentari laporan soal dugaan berkomplot dengan  intelijen asing dalam aksi penyadapan global. Snowden, yang saat ini  bersembunyi di Rusia dari buruan aparat intelijen AS pernah menyatakan  bahwa dia tidak bermaksud mempermalukan negaranya, namun hal itu  dilakukan atas nurani manusia yang mempunyai hak dan privasi yang tidak  boleh diusik oleh siapa pun termasuk NSA.(mas)